Rabu, 12 Maret 2014

To ihtiar heriyo S.kom, Terikat Kata “Mengikat”


Oleh : Ninis Nofelia MPAF
Siang kemarin aku pergi ke perpustakaan kampus. Skripsi mulai bertawaf di kepala. “ummm… seminggu lagi kuliah sudah aktif, skripsi sudah diinput, dan berbagai referensi seharusnya sudah di tangan”, pikirku nantinya kan menemukan banyak buku referensi untuk mengerjakan skripsiku. Perpustakaan nampak sepi, rasanya sama sepinya dengan buku yang aku cari. Mungkin karena masih dalam nuansa liburan semester ini.
hanya satu yang bisa kutemukan. Kemana gerangan buku yang bisa kugunakan tuk acuan? Akhirnya kulanjutkan perjalanan mencari buku bacaan yang lain  dengan harapan untuk bisa mengaktifkan diri untuk bisa menulis lagi. Terkadang memang memulai lagi itu terasa lebih berat. Hawa malas sering menerpa menjadi alibi untuk tidak berkarya. Aah.., betapa ruginya ...  :(
Akhirnya di sudut sebuah rak, aku tergoda dengan sebuah buku berwarna merah cerah karya Hernowo. Beliau adalah seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga bergerak di bidang penerbitan buku, pelatihan, dan jasa konsultasi di Mizan Learning Center (MLC). Rasanya buku ini cukup menarik, dari warnanya dan terlebih pada judulnya. “Mengikat Makna untuk Remaja”, itulah yang tertera pada cover bukunya. Judul yang keren bagiku dan cukup membuat penasaran.
Mengikat makna?? Kalimat itulah yang aku garis bawahi. Akupun jadi teringat perkataan salah seorang sahabat nabi, yakni sayyidina Ali tentang anjuran beliau untuk mengikat ilmu dengan menulis. Merasa tersindir, dan tak enak hati. Tahun baru ini satu karyatulis-pun belum pernah aku torehkan. Jari-jari ini masih terasa kaku untuk menulis seperti mengalami koma yang berkepanjangan. Aku membuka-buka lagi inbox di HPku, kulihat pesan yang masih tersimpan dari ustadzah Hafsoh, kucermati sambil manggut-manggut. “amh, memang benar. Kesempatan memang banyak tapi selalu ada saja alasan yang menguatkan untuk tidak berkarya”. Badai kemalasan menerjang. Entahlah… setiap kubuka laptop dan mulai memasang jari-jari yang mempersiapkan diri untuk mencoba menikmati menari di atas keyboard, lantunan pengiringnya seakan berhenti mendadak. Nyaris seakan pingsan lagi dan tak sadarkan diri. Kalimat yang ku garis bawahi  itu mendianogsa keadaanku bahwa berapa banyak ilmu yang aku biarkan perlahan terlepas dari diriku. Astaghfirullohaladziim…
 “Tolooong…..!!! aku ingin mengikatnya lagi. Jangan pergi dariku…!” aku berharap setelah mengkonsumsi buku itu, penyakit ini akan terobati.
“Tulislah apapun, meski hanya satu kalimat…” begitulah kira-kira yang pernah ustad Halimi katakan beberapa bulan yang lalu. Terimakasih ustad atas motivasinya. Ingin menulis lagi. Ingin berkarya lagi. Kuakui memang semangat suka datang dan pergi tanpa permisi. Teringat ustad Aunul dahulu di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly, ba’da subuh, sekitar 1,5 tahun yang lalu, beliau mengatakan bahwa yang terpenting adalah melatih diri untuk selalu istiqomah dalam beribadah apapun meskipun hanya sedikit,  karena nantinya itulah kebiasaan yang akan menjadi warna dalam hidup kita yang insyaallah menjadi  wasilah untuk meraih khusnul khotimah . Terimaksih ustad, atas nasehat  itu untuk kami. Semoga Allah menganugerahi taufik dan pertolongan-Nya dan kita semua bisa melaksanakan keistiqomahan itu, dalam hal baik apapun itu.
Malang, 10 Februari 2014
PP. Darunnun, Perumahan Bukit Cemara Tidar blok F3/4, Karangbesuki-Malang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed by Liza Burhan